Berbagi Informasi Viral dan Heboh di Jagad Maya

Jumat, 23 Desember 2016

Memahami Makna dan Kerasnya Realita Kehidupan, Ketika Kita Beranjak Tua

loading...
loading...
Setiap dari kita akan mengalami tua (kecuali yang mati muda). Serem ya rasanya mengayalkan. Kulit mengeriput, pandangan mata kabur, gigi tanggal, badan melemah, sampai pada akhirnya umur kita berakhir. Tak banyak orang yang mau memikirkan hal semacam ini, lantaran untuk mereka masa muda masihlah panjang. 

Realita Kehidupan


Namun sungguh, waktu berjalan amat cepat. Saat bersekolah kita seakan menginginkan cepat dewasa. Agar bisa keluar dari rumah. Hidup mandiri, bebas terlepas dari aturan orangtua. Namun pada akhirnya kita sadar kalau kita justru begitu merindukan rumah. Merindukan orangtua serta saudara-saudara. 

Perlahan kita tumbuh. Masuk dunia kuliah yang penuh warna. Alami hidup sebagai anak kost. Mengenal cinta. Bahkan juga mengetahui beberapa hal terlarang yang selama ini selalu bikin penasaran. Waktu seakan-akan berhenti waktu kita kuliah. Suka ria anak muda memang ada di bebrapa saat ini. Uang saku serta biaya hidup masih dijamin orangtua, namun kita hidup bebas lepas. 

Yang selamat, kuliahnya lancar. Yang punya masalah, kuliahnya molor. Yg tidak beruntung, kuliahnya terputus. Ketika saat kuliah selesai, maka kita masuk dunia orang dewasa : dunia kerja. 

Inilah saat dimana, orangtua tidak bisa lagi menolongmu. Waktu sekolah dan kuliah, bila ada permasalahan, orangtua mungkin saja dapat menopang. Namun didunia kerja, kau yaitu milikmu sendiri. Semua kemungkinan, sulit, perjuangan, beban, jadi milikmu seorang. 
Kau lalu mengerti, mencari uang ternyata tak gampang. 

Hidup mandiri ternyata tak mudah. 

Kau lantas lalu mengerti, hidup adalah tentang perjuangan. 

Di waktu kuliah, uang sakumu habis untuk bersenang-senang. Di waktu sudah bekerja, kau bakal pikirkan untuk menabung, bayar angsuran, bayar kontrakan, dan sebagainya. 

Di waktu kuliah, kau terasa kuat, tampan atau cantik. Di waktu sudah bekerja, kau mengerti kalau semua itu tidaklah cukup untuk membuat kamu jadi manusia. Dulu, kau merasa tidak akan pernah tua. Kalau waktumu masih panjang, lalu kau mulai mengerti kalau begitu cepatnya waktu berlalu. 

Umurmu masuk usia pernikahan. Untuk yang memilih menikah, ia lalu menikah. Memiliki pasangan, serta keluarga. Lantas saat ia mengerti begitu beratnya tanggung jawab berkeluarga, baru ia memahami, begitu tangguh ayah-ibunya dulu. 

Bagaimana dengan gaji segitu, mereka dapat membesarkanmu dan penuhi semua kebutuhanmu? 
Makanan ada. Cucian selalu rapi terlipat di almari. Gelas serta piring senantiasa ada pada tempatnya. 

Bagaimana dengan kesederhanaannya, mereka dapat menyekolahkanmu demikian tinggi? 

Berhutang dimana mereka? Bagaimana mereka melunasinya? 

Kau lalu mengerti begitu menyakitkannya lihat anak muda yang memboroskan uang ke-2 orang tuanya. Kau menyesal, namun memang semuanya telah terlambat. 

Dahulu saat remaja, begitu ingin kau pergi jauh dari rumah. Namun di sekarang ini, kau begitu menginginkan untuk ‘pulang’. Sebatas dalam waktu relatif cepat untuk menyapa ayah-ibu. Sebatas merasakan lagi kisah lama masa kecil. 

Namun mungkin, semua terlambat. 

Orangtua mu mungkin saja sudah meninggal. Tempat tinggal keluarga juga sudah di jual. Lantas kau mengerti, kau tidak lagi miliki tempat tinggal. Kau tidak lagi miliki benteng kuat yang melindungimu waktu terjadi suatu hal. 

Kau cuma bisa bangun bentengmu sendiri, yang tak tahu kekuatannya pun tak kau yakini. 

Inilah hidup. 

Fase dimana saat dahulu ingin sekali kau lakoni, tetapi saat ini ingin sekali kau tinggalkan. 

Saat kecil, kita ingin dewasa. 

Saat dewasa, begitu ingin kita jadi anak kecil lagi. 

Saat dirumah, ingin merdeka. 

Saat merdeka, ingin kembali ke rumah. 

Saat nganggur, ingin bekerja. 

Saat bekerja, ingin menganggur. 

Lalu pekerjaan memakan usiamu perlahan. Kau tidak bisa lagi berjumpa dengan sahabat-sahabatmu. Masing-masing begitu repot dengan pekerjaan serta keluarganya. Dahulu yang berkumpul sehari-hari, berubah jadi ‘jika ada waktu’. Lalu berubah juga menjadi ‘diusahakan sebisanya’. 

Lalu mereka menghilang. Tak tahu kemana. 

Satu per satu rekan mulai sibuk, serta menghilang tak tahu ke mana. 
Lalu rambutmu memutih. Badanmu tidak lagi indah. Kantong mata mulai datang. Tidur juga telah mulai mendengkur. Perlahan kau tidak lagi bisa membaca buku kesukaanmu, lantaran pandanganmu sudah berkurang. Walau sebenarnya usiamu belum lagi 40 tahun! 

Kau lalu mengerti, begitu waktu berlalu sungguh cepat. Saat dahulu orang tuamu menyampaikan hal semacam ini, kau cuma merasa heran. Saat ini kau mengerti begitu tepatnya perkataan mereka. 

Semua yang mereka katakan, dan kerjakan, yang dahulu begitu salah di matamu, saat ini jadi seutuhnya benar. Serta anak-anakmu lakukan hal yang sama padamu, menggeleng heran pada pebuatanmu, serta menentang semua perkataanmu. 

Dalam hati kau berkata, ‘’Ayah, ibu, begitu benarnya perkataanmu dulu, Begitu salahnya aku dulu. ’’ 

Kenapa anak selalu terlambat mengerti orang tuanya? 
Kenapa saat kita tua, baru kita bisa mencintai orangtua sepenuh hati? 

Karena seorang tidak akan pernah betul-betul tahu akan suatu hal, sebelum ia mengalaminya. 

Waktu demikian kejam. Hidup nyatanya begitu singkat. 

Kirim doa untuk orangtua, sekarang. 

Mudah-mudahan air mata penyesalanmu diganti Allah dengan pahala untuk orangtuamu. Lantaran perbuatan anak shalih yang mendoakan orang tuanya. Amin.
loading...

Memahami Makna dan Kerasnya Realita Kehidupan, Ketika Kita Beranjak Tua Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown